Usia Muda Juga Berisiko Mengalami Osteoporosis

Usia Muda Juga Berisiko Mengalami Osteoporosis, Kenapa Begitu?

Website terbesar dan terpercaya Usia Muda Juga Berisiko Mengalami Osteoporosis umum terjadi pada orang lanjut usia atau lansia. Penelitian dari Centers for Di sease Control and Prevention (CDC) menemukan bahwa hampir setengah orang dewasa berusia 50 tahun atau lebih mengalami penurunan massa tulang yang kemudian akan berkembang menjadi osteoporosis. Usia Muda Juga Berisiko Mengalami Osteoporosis

Pada perempuan, risikonya makin meningkat seiring bertambahnya usia. Di perkirakan 10 persen perempuan usia 60–an mengalami osteoporosis, sebanyak 27 persen pada perempuan usia 70–an, dan 35 persen perempuan usia 80 tahun juga mengalami osteoporosis. 

Seiring penuaan, hormon estrogen pada perempuan berkurang yang kemudian meningkatkan risiko mengalami osteoporosis, di lansir Scientific American

Ibu hamil dan menyusui

Menurut laporan dalam International Journal of Environmental Research and Public Health tahun 2022, sekitar 61 juta masyarakat India memiliki osteoporosis dan 80 persen di antaranya perempuan.

Selain karena penurunan kadar estrogen perempuan seiring bertambahnya usia, masa kehamilan dan menyusui di katakan menjadi pencetus tingginya perempuan dengan osteoporosis di banding laki – laki.

Menurut National Institute of Health, selama masa kehamilan bayi yang tumbuh di dalam rahim membutuhkan banyak kalsium untuk mengembangkan tulangnya, terutama selama tiga bulan terakhir kehamilan. Bayi akan mengambil kebutuhannya akan kalsiumnya dari tulang ibunya jika ia kekurangan kalsium. Kalau ini di biarkan terus-menerus, tentu ibu hamil akan berpotensi mengalami osteo porosis.

Orang dengan gaya hidup sedenter

Di lansir Maya Physio & Health, gaya hidup sedenter (orang yang banyak duduk dan sedikit aktivitas fisik) juga lebih berisiko mengembangkan osteoporosis. Sama seperti otot, tulang akan melemah jika kurang dil atih.

Jenis olahraga terbaik untuk kesehatan tulang adalah pembebanan dinamis yang melibatkan gerakan intensitas tinggi sambil menahan beban. Ini menyebabkan tekanan pada tulang dan meningkatkan kekuatan tulang.

Latihan untuk meningkatkan kesehatan tulang juga harus di lakukan dalam pengulangan singkat. Seiring waktu, proses penguatan tulang akan berkurang jika intensitasnya rendah. Latihan singkat yang kuat di katakan paling bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan tulang.

Olahraga seperti berenang dan bersepeda dapat meningkatkan kesehatan secara keseluruhan, tetapi pasien dengan osteoporosis perlu melibatkan latihan beban dinamis dalam rejimen olahraga mereka.

Orang bertubuh kurus

Menurut laporan dalam American Journal of Epidemiology tahun 2008, laki-laki dengan berat badan rendah pada usia paruh baya berisiko mengalami osteoporosis dan patah tulang.

Di lansir Science Daily, di jelaskan bahwa berat badan rendah di antara laki-laki paruh baya terkait dengan risiko osteoporosis tiga tiga dekade kemudian, dan risiko ini di pengaruhi secara signifikan oleh perubahan berat badan. Peningkatan berat badan mengurangi risiko, sedangkan penurunan berat badan meningkatkan risiko.

Perokok

Karena osteoporosis sering tidak terdeteksi, maka sering kali proses pengeroposan tulang berlangsung selama bertahun-tahun tanpa gejala sampai terjadi patah tulang. Oleh karena itu, membentuk tulang yang sehat sejak usia dini dapat membantu mencegah osteoporosis pada masa tua nanti.

Tidak ada kata terlambat untuk membentuk kebiasaan demi mendapatkan tulang yang kuat dan sehat. Menurut National Institute of Health, merokok berdampak pada penurunan kepadatan tulang. Namun, masih menjadi pertanyaan apakah merokok itu sendiri yang berdampak pada kesehatan tulang atau ada faktor risiko lainnya pada perokok.

Orang dengan perawakan pendek

Proportionate short stature (PSS) atau perawakan pendek proporsional merujuk pada orang yang anggota badan dan batang tubuhnya kecil secara proporsional. Jika individu tersebut berat untuk tinggi badannya, ini bisa menunjukkan masalah hormon. Masalahnya bisa berupa hipotiroidisme, produksi glukortikoid berlebih, atau terlalu sedikit hormon pertumbuhan, seperti di jelaskan dalam laman Medical News Today.

Seseorang yang kecil dan berat badannya rendah untuk tinggi badannya mungkin mengalami kekurangan gizi, atau mungkin memiliki kelainan yang menyebabkan malabsorpsi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *